Jumat, 22 Maret 2013

Cermis: Pembunuhan di Rumah Mewah Part 1

"Jangan ada yang mendekat!! Ini pembunuhan, cepat hubungi polisi!" Teriak histeris seorang warga.

Rumah besar itu dipolice line.
Masyarakat bergerombol menyaksikan proses evakuasi yang berjalan lancar. Wartawan berulang kali mengarahkan kameranya ke jasad perempuan yang diperkirakan berumur 20 tahun. Wajah sang mayat penuh luka lebam, di perutnya tertancap sebilah pisau, sedangkan di pergelangan tangannya terdapat luka bekas ikatan yang membiru, ini menandakan bahwa sebelum meninggal korban sempat disekap beberapa hari dengan cara diikat.

Minggu, 03 Maret 2013

Bersama Mereka di Ibukota Indonesia

Gak nyangka banget setelah suntuk di rumah menunggu waktu masuk kuliah, gue dapat tiket gratis ke luar pulau untuk menghadiri nikahan saudara gue. Ini merupakan kabar baik dan buruk, kabar baiknya gue berlibur ke Jakarta, ibukota negara Indonesia yg belum pernah gue datangi selama hidup gue, sedangkan kabar buruknya gue harus menghadiri pernikahan saudara gue yg membuat hati gue tersayat-sayat selaku saudara yg belum punya pasangan. Saudara saudara gue udah banyak yg berumah tangga, cuma gue doang yg susah untuk mendapatkan pasangan, gue merasa sebagai makhluk jomblo yg belum punah dan harus dilestarikan. 


Gue berangkat bersama Abah gue, dan Om gue, kebetulan cuma tiga tiket pesawat dari Bjm - Jkt (pulang pergi) yg diberi secara gratis.

"Besok kita berangkat, siapkan dulu apa yg mau kamu bawa besok", kata abah gue.

"Okeh Bah!", jawab gue semangat.

Gue langsung ke kamar menghamburkan isi lemari gue, satu persatu baju yg masih bagus gue masukin ke dalam tas, termasuk baju yg menjadi kebanggaan gue, kemeja pemberian dari sang mantan. Sialnya pas lagi milih-milih celana dalam, ternyata celana dalam gue banyak yg sobek sedangkan celana dalam gue yg masih bagus udah gue pakai dan belum dicuci karena pembantu gue lagi sakit. Gue mikir sejenak, mungkin ada dua alasan kenapa celana dalam gue sobek. Pertama, karena tikus di rumah gue  kebanyakan tikus homo yg mencintai bokong gue, karena gak bisa nusuk pantat gue, terpaksa para tikus bedebah itu menghancurkan semua celana dalam gue. Kedua, pembantu yg sering nyuci celana dalam gue, cintanya telah gue tolak, terus dia galau. Pas lagi nyuci, disitu dia melampiaskan amarahnya dengan menyikat celana dalam gue dengan penuh amarah sampai sobek, anggapannyamcelana dalam dan muka gue hampir sama. Mungkin gue harus membeli celana dalam pas sampai di Jakarta nanti.

Jam 4 pagi gue dibangunkan oleh suara yg tidak asing ditelinga gue, menyuruh gue bersiap untuk berangkat ke bandara

"Dur bangun Dur!!", abah teriak dari luar kamar.

"Bentar lagi lah, masih ngantuk", jawab gue yg masih setengah sadar dalam keadaan memeluk guling yg selalu gue anggap pacar. 

Gue emang susah buat dibangunkan dari tidur, udah kaya kebo. Pernah waktu rumah tetangga gue hampir kebakaran, orang yg di rumah gue malah sibuk untuk membangunkan gue, daripada membantu memadamkan api. Alhasil sampai apinya padam gue masih tertidur pulas. 
Pas paginya setelah kejadian kebakaran emak gue bilang 

"Tadi malam rumah pak haji Kasim mau kebakaran, untung cuma atapnya aja"

"Kok bisa?", tanya gue penasaran.

"Gara-gara ada kembang api nyangkut di atap rumahnya, kalau terbakar rumahnya mungkin mama akan biarkan kamu tertidur dan dilahap api", jawab emak gue sambil ketawa.

Mendengar hal itu gue merasa bukan sebagai anak emak gue, melainkan sebagai seorang anak yg waktu kecilnya ditemukan seorang ibu saat nyuci baju di pinggir sungai atau parahnya sebagai anak yg didapatkan dari undian hologram yg digosok dari minuman berhadiah. Emak gue tega banget membiarkan gue dilalap api dalam keadaan jomblo yg lagi bermimpi bercinta dengan bidadari.

"Kalau dalam 5 menit gak bangun abah tinggal kamu", teriak abah gue lagi dari luar kamar.

Mendengar teriakan abah gue yg tidak pernah berhenti, dengan nyawa-nyawa yg masih berserakan gue berjalan mengambil handuk, langsung menuju kamar mandi. Gue ambil sikat gigi, gue menggosok gigi terlebih dahulu sebelum menyirami badan gue. Dalam keadaan baru bangun tidur, kadang otak kita belum bisa berfikir jernih, menurut pembelajaran biologi kenapa otak belum bisa berfikir jernih, karena saat tidur pemasukan terhadap oksigen berkurang, itulah penyebabnya ketika bangun tidur, kadang tidak bisa berfikir jernih. SEMOGA GUE SALAH!!! 

Byuurrrr!!! "Arghhhhhh" gue teriak histeris persis seperti banci yg mau diperkosa di angkutan umum, ternyata air dalam bak mandi dingin pakai banget, bayangkan aja mandi pagi-pagi buta tanpa air hangat, dinginnya nusuk sampai ke pantat tulang, gue terduduk di ujung kamar mandi, badan gue menggigil kedinginan, gigi atas dan gigi bawah gue gemetaran sehingga mengelurkan suara yg sangat merdu, gue memeluk diri gue sendiri sambil mengosok-gosokan tangan gue ke badan gue agar hangat. Sepertinya badan gue menolak untuk disiram kedua kalinya.

Gue langsung ngambil handuk, berjalan keluar kamar mandi, bergegas masuk kamar untuk memakai baju, gue kenakan baju jersey club sepak bola kesayangan gue dan celana panjang tanpa sehelai celana dalam. Gue bercermin sambil merapikan rambut dengan sedikit gel, gue sisir rambut gue ke arah menyaping berjambul katulistiwa, gue pandangi wajah gue di cermin, gue merasa udah kece. Gue kembali keluar kamar, bergegas menuju ruang tamu, gue liat diruang tamu abah gue udah bersiap untuk berangkat dan jemputan untuk mengantar ke bandara sudah datang. Gue berdiri di depan pintu, langsung pamitan sama emak gue.

"Mak berangkat dulu ya, doakan ya selamat sampai tujuan", ucap gue sambil cium tangan dan pipi emak gue.

"Hati-hati ya nak, jangan nakal disana", kata emak gue sambil menatap gue nanar dan memeluk gue.

Di dalam pelukannya gue merasakan pelukan yg begitu hangat, sangat nyaman dan kasih sayang yg tulus dari seorang ibu, dimana seorang ibu tidak mau berpisah dengan anaknya. Mulai saat itu gue menghilangkan fikiran gue tentang seorang anak yg di pungut dari sungai atau anak yg keluar dari bungkus hologram. Gue memang seorang anak yg lahir dari rahim seorang ibu yg penuh kasih sayang, semoga beliau tak menyesal melahirkan anak yg kurang ganteng dari rahimnya. Gue merasa sangat sedih, Air mata hampir membasahi pipi gue, tapi pelukannya lama kelamaan makin kencang sehingga membuat gue sulit untuk bernapas.

"Uhukk uhukk udah Ma, ga bisa napas ini"

Emak langsung melepaskan pelukannya, gue langsung masuk ke dalam mobil, gue buka kaca mobil, gue masih mengarahkan pandangan gue untuk menatap seorang ibu yg penuh kasih sayang, mobil mulai berjalan, emak gue melambaikan tangannya, gue balas juga dengan melambaikan tangan, gue masih mengarahkan pandangan gue ke dia, mobil perlahan menjauh meninggalkan rumah gue dan dari kejauhan sosoknya mulai menghilang. 

Gue gak bisa membayangkan, jika suatu saat nanti emak gue sudah tiada.


Saat perjalanan menuju bandara Syamsudin Noor, gue melanjutkan jatah tidur gue yg terpotong karena harus bangun dini hari. Sekitar satu jam tertidur di dalam mobil, gue dibangunkan karena sudah sampai di bandara Syamsudin Noor. Bokap gue langsung lapor ke pihak bandara, sedangkan gue nunggu di sebuah cafe di dalam bandara, gue memesan segelas teh hangat, gue duduk melihat telivisi, kabarnya di Jakarta sudah tidak banjir, itu merupakan kabar baik buat gue, karena gue gak perlu keluar duit buat nyewa perahu ketika sudah sampai disana.

Sekitar satu jam setengah menunggu,duduk bersama para penumpang di tempat tunggu, akhirnya para penumpang pesawat yg akan gue tumpangi dipanggil bahwa pesawat akan segera berangkat, gue berdiri dari tempat duduk bergegas menuju dan langsung masuk ke pesawat. Di dalam pesawat gue mencai tempat duduk yg sesuai dengan nomer tempat duduk gue, berdesakan dengan penumpang lain, gue menemukan tempat duduk gue yg sesuai dengan nomer di tiket, tempat duduknya di dekat jendela, ini merupakan keberuntungan bagi gue karena kalau pesawatnya akan jatuh, gue bisa langsung melompat keluar lewat jendela.

Sebenarnya gue jarang banget berpergian naik pesawat, terakhir naik pesawat dulu, waktu gue duduk di kelas 2 SMA. Parahnya sekarang gue lupa bagaimana caranya mengenakan sabuk pengaman. Gagang sabuknya gue bolak balik beberapa kali, tapi tetap aja gak bisa terpasang. Melihat tingkah gue seperti orang kampung, akhirnya seorang pramugari cantik datang menghampiri. "Kenapa mas? Ada yg bisa dibantu?", ujar pramugari dengan senyum manisnya. Senyum yg sempat menghentikan jantung gue dalam beberapa detik. Senyumannya begitu sejuk, membuat gue mampu melupakan semua mantan-mantan gue. "Ehmm ga apa-apa mba, ini nih rusak ya sabuknya dari tadi gak bisa masuk?", jawab gue santai. "Oh kamu masangnya kebalik, gini nih mas yg benar", ujar pramugari sambil memasangkan sabuk buat gue. Perasaan gue langsung bercampur aduk, perasaan malu karena kelihatan seperti orang kampung, dan perasaan senang karena sudah dipasangkan sabuk oleh pramugari. Seharusnya gue gak bilang kepada bidadari kesusahan memasang sabuk pengaman, tapi seharusnya gue bilang kesusahan untuk mendapatkan pacar, gue yakin dia pasti mau jadi pacar gue.

Setelah satu jam setengah mengudara akhirnya gue sampai di ibukota negara Indonesia dengan selamat tanpa kurang sedikit pun dan dalam keadaan masih jomblo yg tidak mengenakan celana dalam. Biasanya kalau mau turun dari pesawat, para pramugari berdiri di depan pintu sambil mengucapkan ucapan terima kasih, tapi saat gue turun, gue gak melihat sosok pramugari yg sudah meluluhkan hati gue, ternyata dia berada di pintu yg berbeda.

Keluar dari bandara, om gue langsung carter mobil di bandara. Sebelum pergi ke hotel, dia bilang ada rencana mau ketemu dengan client-client bisnisnya.
"Kita ketemu sama client-client om dulu ya, baru nyari hotel", ujar om gue.

"Iya om gak apa-apa, nyantai aja"

Gue sih mengiyakan aja, dari pada gue harus jalan sendirian, gue juga gak tahu jalan-jalan di Jakarta, kalau gue nyasar gue bisa jadi gembel di sini, atau lebih parahnya gue diculik sama para penjahat, trus organ-organ tubuh gue dijual secara terpisah ke luar negeri. Kebayang gimana rasanya kalau gue dibunuh secara sadis, rasanya itu lebih menyakitkan dari pada di putusin sama mantan gue dulu.

Dalam perjalanan gue nelpon emak gue
"Halo ma, Bahdur udah nyampe nih"

"Kamu dimana nih? mau kemana?", tanya emak gue.

"Gak tahu juga nih di jalan mana, ini mau ketemu client-clientnya om"

"Kamu ya nak, kalau jalan-jalan jangan sendirian nanti diculik orang"

"Iya mak iya"

"Kamu juga kalau dikasih permen sama orang yg gak dikenal jangan diambil, siapa tahu itu narkoba nak"

Emak gue udah mulai ngelantur ngomongnya, masa gue disama-samain sama anak kecil, dikasih permen langsung mau. Sebelum omongannya makin ngelantur, langsung gue kasihkan HP ke abah gue.

Beberapa jam berlalu, urusan om gue dengan beberapa clientnya sudah selesai, gue menyempatkan mampir ke pusat perbelanjaan buat beli celana dalam. Sesudahnyakami langsung bergegas mencari hotel. Berhubung acara pernikahan saudara gue di ancol, maka kami memutuskan mencari hotel yg dekat ancol, setelah mutar-mutar nyari hotel yg dekat dengan ancol, akhirya gue berhenti di sebuah hotel tepatnya di Jalan Gunung Sahari.

Hotelnya terlihat menarik, bersih, dan sejauh memandang tak ada tikus-tikus homo yg berkeliaran, tapi sialnya saat di dalam kamar, jaringan handphone gak ada, ini membuat gue sebagai makhluk jejaring sosial merasa gelisah, karena bagi gue, hidup tanpa online bagai jomblo tak bergebetan. Setiap kali mau online gue harus keluar hotel baru bisa dapat jaringan, sungguh menyiksa.

Mumpung gue di Jakarta gue manfaatkan waktu gue buat ketemu dengan para owner akun-akun publik [ p.s Orang-orang yg ada dibelakang akun anonim] yg ada di Jakarta, gak enak kalau kenalnya cuma di dunia maya doang, gue bbm mereka, akhinya beberapa dari mereka sepakat buat ketemu nanti malam di sevel daerah tamburai.

Gue beristirahat terlebih dahulu di kamar agar malamnya gue gak kecapean pas lagi kopdar.

Malam hari pun tiba, gue mandi terlebih dahulu biar mereka yg mau gue temui gak pingsan karena bau badan gue. Selesai mandi, gue langsung mengenakan kemeja, celana panjang dan tidak lupa mengenakan celana dalam yg baru gue beli.

Sebelumnya gue minta jemput sama salah satu dari mereka, yg jemput gue di hotel adalah Ragil (owner akun galau, @DamnItsNyesek) lelaki yg susah move on dari seorang mantan, hampir sama seperti gue, tapi dia lebih jelek dari gue. Gue kasih tahu alamat hotel yg gue tempati melalui bbm. Beberapa menit menunggu di depan hotel, terlihat seseorang dengan sepeda motor berhenti di depan hotel, awalnya gue gak yakin itu si Ragil, gue langsung aja menghampiri "Lu Ragil?", tanya gue penasaran. "Iyaa bang", jawab Ragil sambil jabat tangan dengan gue. Gue bingung mengenali wajahnya, karena wajahnya ditutupinya dengan selembar slayer, mungkin itu upaya Ragil, untuk mengantisipasi agar gue gak muntah saat liat wajahnya. Dengan sedikit keyakinan kalau itu Ragil, gue langsung naik ke motornya dan berangkat menemui anak-anak lainnya. Semoga aja gue gak diculik.

Wushhh gila di Jakarta pengendara motor di sana kecepatannya kencang banget, gak ada yg pelannya. Ragil yg bonceng gue udah terbiasa ugal-ugalan, salip sana salip sini, lampu rambu lalu lintas juga diterobos, sedangkan gue yg di belakang malah gemetaran karena gak biasa naik motor dengan kecepatan kencang, sangat memacu adrenaline lelaki penakut sperti gue. Gue pastikan wajah gue saat itu horor banget, perpaduan antara wajah yg pucat dan wajah yg jelek, menyebabkan wajah gue terlihat seperti zombie. Saking takutnya kalau terjadi apa-apa, terpaksa gue meluk ragil dengan kencang, orang-orang malah melihat ke arah kami dengan tatapan jijik, gue tahu apa yg mereka fikirkan, dua orang makhluk homo lagi kencan naik motor. Padahal itu adalah itu upaya gue agar tidak jatuh, serta kalau gue jatuh Ragil juga ikut jatuh. Gue gak kebayang kalau gue jatuh, trus wajah gue dilindas mobil, mungkin orang-orang gak ada yg nolong gue, pasti orang-orang pada lari ketakun. Bayangkan aja muka zombie yg udah hancur, tambah hancur kelindas truck.

"Woi Gil, pelan-pelan bisa gak?", teriak gue karena ketakutan

"Gak bisa bang, disini emang harus cepat, kalau pelan diteriakin orang, tenang aja bang gue pengalaman kok", sahut Ragil enteng yg gak memikirkan nyawa kita berdua.

Mendengar ucapan Ragil yg sok tenang, rasanya pengen gue buang dari motor, tapi gue masih kasihan sama Ragil.

Berbeda ternyata dengan Banjarmasin, kalau naik motor kencang pasti selalu dikatain anjing, tapi kalau di Jakarta, motor jalannya pelan mungkin bakal dikatain siput.

Sekitar 30 menit memacu adrenaline, akhirnya gue nyampe di suatu tempat (gue lupa namanya), di sana gue ketemu Asbi  dan Heryan (owner @notes_lyric), kalau gue jelaskan mereka berdua masih gantengan gue, bayangkan aja muka gue jeleknya kayak zombie, nah gimana jeleknya muka mereka berdua, kalau gue diskripsikan mungkin tulisan ini gak bakal kelar. Gak beberapa lama kemudian si Fajrin (owner @Lucu_ajaa) sama Dinar (owner @separuhhatiku) ngasih kabar, dalam perjalanan menuju ke sini, telah terjadi sesuatu dengan mereka berdua.


Mau tau apa yg telah terjadi dengan mereka berdua??? Mau tahu juga hal aneh apalagi yg terjadi dengan gue??? Tunggu aja nanti buku gue yg udah mulai gue tulis. Semoga aja berjalan lancar, mohon do'a yak biar cepat kelar dan disetujui sama penerbit.