Kamis, 05 Desember 2013

Mata Jernih si Supir Taksi

Huwaaaaaa... Amazing tampilan blog gue lebih baru. Gue suka banget, karena headernya ada muka gue yang menawan. *siap-siap ditimpuk*
Ohh, iya, thanks buat Aditya Regas yang udah bantu gue bikin tampilan blog yang baru ini..

Well...
Gue baru aja pulang dari kota Pahlawan untuk ikut seminar yang berharga banget buat hidup gue. Seminar yang membuat gue jadi pria ma(c)ho.
Gue mau cerita dikit perjalanan gue selama di kota Pahlawan.
Malam itu gue pulang dari sebuah Mall, gue dan 2 orang temen gue - Ari dan Dani - naik taksi. Rencana gue, sih, pengen mampir ke lokalisasi Surabaya, tapi karena titit gue belum disunat, ya udah gue batalin.

Narsis dulu

Di perjalanan menuju hotel, si Ari ngajakain ke kebun binatang Surabaya buat foto-foto di patung depan kebun binatang itu. Gue sih ngikut aja.
 Selesai foto-foto gue naik taksi lagi menuju hotel. Gue duduk di samping sopir. Samping ya, bukan pangkuan.

"Mau kemana lagi, Mas?" Tanya Sopir taksi.
"Penginapan PHI aja, Pak." Jawab gue.
Temen gue di belakang diam aja dengerin gue ngobrol ama tuh Sopir.
Gue liatin muka si Sopir, mukanya udah tua, keriputnya dimana-mana, rambutnya yang putih menghiasi kepalanya.
"Umur bapak berapa, sih?" Tanya gue penasaran.
 "Oh.. saya udah 61 tahun."
Busettttt... Setua itu masih bisa nyupir, hebatnya lagi, si Sopir mengemudi tanpa pakai kacamata yang minus.
"Waduh, Pak, tua amat, masih bisa nyetir." Ucap gue kagum, "tapi kok bisa ya, mata bapak masih bisa liat jelas?"
"Iya, mas, penglihatan saya masih bagus. Jadi, nggak perlu pakai kacamata."
"Emang apaan, Pak, rahasianya?" Gue penasaran.
"Saya dari dulu, kalau baca buku nggak pernah berbaring. Hindari juga baca bukunya di tempat yang gelap, itu bakal merusak mata."
Gue serasa lagi berada di dokter mata.
"Ohhh, gitu ya, Pak. Pantesan penglihatan bapak masih tajam."
Nggak terasa gue udah nyampe depan penginapan. Gue lihat ke argometer tertulis biaya taksi sebesar Rp. 55.100,-
"hmm, brp, pak?" Gue nanya, kali aja dapet diskon.
Si Sopir liatin argometernya, "Lima puluh enam ribu, mas."
Gue terdiam sebentar.
Kemudian gue rogoh dompet, gue bayarin Rp. 56.000,-. Setelah keluar taksi, gue berpikir, mungkin ini penyakit mata si Bapak Sopir itu; tidak bisa melihat argometer dengan jelas.

1 komentar:

Nana W mengatakan...

Jadi, intinya mata bapak itu gimana dur?? :O

Posting Komentar